Kemerdekaan
Kemerdekaan bukanlah "ni'mat" melainkan "posisi ni'mat". Justru pada posisi inilah terdapat kenikmatan hakiki yang dapat dirasakan oleh setiap hati yang merdeka.
Hakekat kemerdekaan yang sesungguhnya adalah "ketergantungan". Dalam bahasa Inggris kemerdekaan adalah "Independence" yang berasal dari gabungan dua kata : "In" dan "dependence" yang bermakna "bergantung pada". Kemerdekaan bukanlah "kebebasan" atau "Freedom".
Orang merdeka adalah orang yag mampu memposisikan dirinya (self position) untuk senantiasa bergantung kepada Dzat yang diyakininya Kokoh, Kuat dan Layak menjadi gantungan hidupnya.
Kemerdekan adalah adalah esensi dari tauhid ummat Islam atas penghayatan (bukan penafsiran - penghayatan itu urusan kepekaan rohani sedang penafsiran itu urusan kecerdasan otak) As-Shamad sebagaimana penegasan Allah SWT kepada Rasul-Nya Muhammad saw dalam surat Al-Ikhlaas ayat 2 - "Allahu shamad" - Allah tempat bergantung segala sesuatu (setiap makhluk dan segala urusan).
Kemerdekaan seseorang adalah ketergantungan (in depend on) dirinya kepada sesuatu yang membuatnya merasa aman, nyaman, tenteram namun tetap lapang dalam bergerak. Sedang kebebasan (freedom) seseorang adalah kekuasaan dan kekuatan dirinya sendiri untuk bergerak dan berbuat sesuai kehendak, ambisi atau obsesi tanpa ada yang menghalangi atau menghambat.
Seseorang tidak akan menggantungkan sebuah lampu pada atap atau plafon yang rapuh, tidak kokoh dan tidak kuat. Sebelum lampu digantungkan, ia perlu mengetahui, mengenal hingga ia meyakini kekokohan dan kekuatan atap atau plafon dimana lampu akan dipasang dan digantung. Kuat dan kokohnya atap atau plafon, adalah jaminan (guarantee) sang lampu hingga ia mampu memfungsikan dirinya sebagai penerang ruangan yang ada disekelilingnya.
Seseorang tidak akan "merdeka" sepenuhnya, sebelum kepekaan hatinya mampu meraba, menyentuh untuk memegang erat-erat Dzat yang menjadi gantungan dirinya. Dengan meraba, ia menyapa, dan dengan menyapa ia bercengkerama. Bercengkerama akrab kepada Dzat Yang Maha Perkasa. Rasa aman terlindung akan menyelimuti hatinya. Kemudian ia menyentuh. Dengan menyentuh ia disentuh, dan ketika disentuh ia merasa direngkuh. Direngkuh oleh Dzat Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. Rasa nyaman, hilang dari kekhawatiran dan ketakutan akan melingkupi suasana bathinnya. Lalu ia memegang erat-erat "satu tali - hanya satu-satunya tali" yang diyakininya mampu menjamin tidak membuatnya goyah, gundah dan tetap senantiasa pasrah. Ke-Esaan Allah adalah pangkal dimana tali ketergantungan berasal - "Allahu Ahad".
Berbeda dengan kebebasan atau "freedom" yang menempatkan hak (right) dan kekuatan (power) sebagai energi dan mesin pengarah dalam setiap pergerakan seseorang. Kata para pakar : "Freedom is the power and right to acts", kemerdekaan adalah posisi diri yang setiap pergerakannya senantiasa merasa dibawah kendali (control) Dzat Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
a.. Kemerdekaan bukanlah kebebasan berkehendak (the freedom of will), melainkan menempatkan "hajat" dalam kehendak-Nya (God's will) - Tuhan Maha Bijaksana dan Maha Kuasa atas setiap kejadian di alam semesta.
b.. Kemerdekaan bukanlah kebebasan finasial (financial freedom), melainkan senantiasa merasa terjamin akan keluasan rizki-Nya - Allah tidak akan jatuh miskin, berubah pelit dan Dia tidak pernah pensiun dalam menyediakan dan memberi rizki kepada ummat-Nya.
c.. Kemerdekaan bukanlah kebebasan bersuara (the freedom of speak), melainkan menyampaikan hikmah untuk manfaat sesama - Allah tersenyum menyaksikan ketaqwaan hamba-Nya
d.. Kemerdekaan bukanlah kebebasan berfikir (the freedom of think), melainkan memikirkan bahwa kita diperhatikan - Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang peduli dengan apa yang kita butuhkan (bukan yang kita angankan) dan mencukupi apa yang kita perlukan (bukan yang kita inginkan)
e.. Kemerdekaan bukan kebebasan menentukan nasib sendiri (the freedom of future), melainkan bergiat diri untuk berbuat mengikuti perintah-Nya (dan menjauhi larangan-Nya) untuk berserah diri atas ketetapan-Nya - Hanya kepada-Nya kita kembali.
Jangan teriakkan "Merdeka atau Mati", namum bisikkan kepada diri-sendiri "Merdeka sebelum Mati".
"Merdeka adalah posisi, dan mati adalah kondisi!"
Merdeka adalah posisi "rohani" pada saat "jasad" mampu bergerak untuk berbuat dan hati diberi kesempatan untuk bertaubat, sedang mati adalah kondisi ketika "jasad" telah tamat dan "rohani" berada dalam masa istirahat.
Kibarkan bendera kemerdekaan, sebelum bendera kuning dipajang di depan gang!.
"Tunjukkan merahmu dengan berbuat yang digerakkan dengan putih niatmu saat engkau masih sempat!"
Salam Merdeka! I love you full Indonesia!
Note: dr milis Uje Jamaah
No comments:
Post a Comment